Minggu, 14 Februari 2021

ORANG-ORANG BERAKAL - 2

1.      2. Orang yang Membangun Kuburnya Sebelum Ia Memasukinya

Adalah orang-orang yang selalu peduli pada apa yang menjadi hak orang lain dan merupakan kewajibannya. Ia akan selalu meminta maaf kepada orang yang disalahinya, sekecil apapun kesalahannya. Ia akan selalu memandang orang lain secara seimbang dan tidak melulu fokus pada kesalahannya, sungguh pun ia tahu bahwa perilakunya memang buruk, atau ada orang yang sengaja menstigmakan orang itu adalah jahat.

Ia selalu menyadari bahwa segemuk-gemuknya seekor kambing, dia pasti memiliki tulang. Dan sekurus-kurusnya seekor kambing, dia pasti memiliki daging.

Artinya betapapun seseorang  berperilaku buruk, kita tetap tidak memiliki hak untuk menghakimi bahwa dia adalah orang yang jahat. Karena dia pasti memiliki sisi baik yang harus dihargai dan dihormati. Pun orang-orang yang selalu terlihat berperilaku baik, dia pasti memiliki sisi buruk. Kalau pun sampai saat ini yang terlihat darinya adalah kebaikan, itu karena Allah SWT sedang menutupi aibnya.

Itulah akhlak Islam...

Banyak sekali dosa-dosa yang kita lakukan dan kita terlambat menyadarinya. Tidak ada yang mau memberikan teguran –selain Sapol PP—karena dianggap sebagai kebiasaan, yang akhirnya menjadi pembenaran. Ambil contoh; Mengambil trotoar yang merupakan fasilitas jalan umum sebagai tempat berdagang atau setidaknya meletakkan plang yang dapat mengganggu hak-hak para pejalan kaki adalah satu kesalahan yang tidak banyak orang menyadarinya.

Begitupun dengan memarkir mobil atau  motor di depan rumahnya sendiri, namun mengganggu para pengguna jalan lainnya adalah kesalahan yang sama.

Kesalahan-kesalahan –yang sering disebut sebagai kebiasaan— ini berpotensi besar untuk mempersempit kuburan kita.

Mengapa kita tidak cenderung berpikir besar untuk memberikan kelapangan dan kemudahan kepada orang-orang di sekitar kita. Bukankah hakikatnya kita juga sedang melapangkan dan memudahkan diri sendiri?

Saya sekarang menjadi lebih mengerti, betapa agungnya Rasulullah saw yang selalu berpikir untuk memaslahatkan hidup umatnya. Dalam riwayat Ibn Umar ra, Rasulullah saw pernah ditanya oleh seorang lelaki Anshar. Setelah menguluk salam, ia berkata;

يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، قَالَ: فَأَيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَ أَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ إِسْتِعْدَادً، أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ

“Ya Rasulallah, orang mukmin manakah yang paling baik?.” Beliau menjawab; “Yang paling baik budi pekertinya.” Laki-laki itu bertanya lagi; “Orang mukmin seperti apakah yang paling cerdas?.” Beliau menjawab; “Yang paling banyak mengingat mati dan yang paling baik mempersiapkan diri untuk alam berikutnya. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.” (HR. Ibn Majah no. 4259, dihasankan oleh Al Albani)

 

Sampai pada titik ini... masih ‘pede’kah kita untuk dengan lantang berkata, bahwa kita termasuk golongan orang-orang yang berakal?

Semoga....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar