Selasa, 07 Juli 2015

IKHLAS ITU... WOUW

Seorang teman bernama Son Wibisono bercerita tentang HPnya yang hilang saat belanja di sebuah restoran Mie Aceh di kawasan salah satu apartemen Tebet.
Hilangnya HP itu tentu membuatnya kecewa, kesel, atau mungkin sakit hati. Ketidakberdayaan membuatnya bermuara pada keikhlasan hati. Bahwa ketika Allah berkehendak untuk mengambil apa yang menjadi milik manusia, tidak ada seorangpun mampu menolaknya. Demikian sebaliknya.
Dia menerawang dan bermuhasabah tentang dosa apa yang telah dilakukannya, hingga ia pantas kehilangan HP (Kelebihan yang jarang ada pada seorang muslim).
Ia kemudian teringat saat memasang TV kabel untuk sekolah TK miliknya. Ada satu recorder yang sengaja tidak akan digunakan di sana dengan alasan pendidikan. Tiba-tiba mekaniknya berkata; "Recordernya gak dipasang sekalian pak?."
"Gak usah," jawabnya singkat.
"Recorder ini bisa dialihkan ke rumah lho pak. Sayang kan kalau gak digunakan sementara bapak sudah bayar," ujar mekanik itu lagi.
"Emang bisa?," tanyanya spontan.
"Bisa... Gini aja pak, catat nomer saya. Kapan bapak ingin memindahkannya, hubungi saya," ujar mekanik itu sembari berpamitan.
Setelah sampai di rumah ia menceritakan hal pemindahan recorder itu kepada istrinya. Dan sang istri menyambut dengan penuh suka cita. "Kapan pemindahan itu akan dilakukan mas?," tukasnya.
"Nanti lah kalau ada waktu," ujarnya ringan.
Malam harinya ia teringat bahwa dirinya dan istrinya sangat menyukai film. Kemudian dia ingat akan hal yang paling mengganggu kelangsungan shalat tahajudnya di masa lalu. Ya...tayangan film TV Kabel yang semakin malam semakin bagus. Sekelumit kegundahan mulai menguasai bathinnya. Teringat dia beberapa peristiwa buruk yang menimpa usahanya. Semuanya terjadi saat dia semakin intens untuk meninggalkan praktik riba dan rasuah. Penghapusan dosa dan pembersihan dosa? Entahlah, gumam hatinya. Hal pasti yang ia rasakan adalah ketenangan dan keberkahan hidup.
Setiap pulang kerja, sang istri selalu bertanya kapan recorder itu dipasang? Dan dia selalu menjawab, "nantilah kalau waktu agak senggang."
Hingga ketika hp yang baru tiga bulan dibelinya hilang, ia berkata kepada istrinya; "Hilangnya hp ini sepertinya merupakan pertanda betapa Allah sedemikian sayang kepada kita. Ia tidak rela kita kehilangan  kesempatan untuk tahajud." Istrinya tersenyum dengan wajah bersemu merah; "Ya Allah, maafkan sikap berlebihan hamba dan keluarga hamba dalam segala urusan."
Sebulan berselang, di suatu pagi yang cerah seorang perempuan mengetuk pintu rumahnya.
"Benar ini rumahnya pak Son?," ujar perempuan itu.
"Benar," jawabnya singkat.
Belum sempat bertanya lebih lanjut, perempuan itu berkata sambil mengulurkan sebuah hp di tangannya; "Saya menemukan hp bapak di restoran Mie Aceh. Mohon maaf, saya buru-buru harus ke kantor."
Perempuan itu meninggalkannya dalam keadaan terpana tanpa berucap kata apapun.
Dalam pandangannya selama ini, setiap hp yang hilang sulit itu bisa kembali. Lagi pula, dari mana perempuan itu bisa tahu alamatnya?

Peristiwa di atas semakin membuka mata kita, betapa yang diinginkan Allah atas kita hanya "pengakuan" bahwa harta yang kita miliki hakikatnya adalah milikNya, sebagai fasilitas untuk lebih mendekatkan diri padaNya.
Ketika harta itu hilang, kita hanya perlu pasrah dan ikhlas bahwa Allah telah menginginkannya. Tanpa perlu marah dan meratapinya.
Namun, jika harta yang kita gunakan untuk membeli sesuatu berasal dari perniagaan yang benar, ia akan tetap kembali kepada pemilik sebenarnya...  Maasyaa Allahu kaana, wa man yasyaa' lam yakun...
Semoga Allah selalu membimbing kita untuk selalu berada di atas jala Nya da nabiNya. Aamiin