Minggu, 06 Oktober 2013

PERBUATAN PALING DIBENCI ALLAH (Shaff 61:3)

Ketika Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mukhtar tertangkap tangan saat menerima suap, masyarakat Indonesia terperangah. Berbagai tanggapan muncul dari berbagai kalangan, disusul kemudian dengan gelombang demonstrasi membawa pamflet-pamflet yang menghujat.
Yang tak kalah menarik untuk dicermati adalah tayangan dokumentasi Akil Mukhtar saat memberikan tanggapan tentang suatu kasus suap saat ia belum menjadi ketua MK. (Tayangan ini diputar berulang-ulang, seakan-akan untuk menjadi penjelas terhadap posisinya saat ini). Di antara statementnya adalah hukuman potong jari bagi koruptor. Saat statement dimaksud dibalikkan pada dirinya dalam kondisi saat ini, ia malah menampar wartawan yang mengajukan pertanyaan.
Boleh jadi kita semua sepakat, bahwa tidak pada tempatnya seorang pejabat tinggi dengan status RI 9 melakukan perbuatan yang banyak orang menggantungkan putusan tentang perbuatan itu kepadanya.
Mengapa persoalan ini menjadi besar...? Karena yang melakukannya adalah seorang pejabat tinggi yang di tangannya suatu keputusan diputuskan.
Rasa benci masyarakat atas perilaku tidak terhormat tersebut sangat beralasan, karena Allah juga sangat benci pada setiap orang yang hanya pintar memerintahkan tapi tidak gemar melakukan apa yang diperintahkan. (As Shaff 61: 3)
Perlu dicermati bahwa ayat ini tidak hanya berlaku pada seseorang yang dipanggil guru, ustadz, atau ulama, sebagaimana yang selama ini melekat dalam benak masyarakat. Sosok mulia yang selalu diidentikkan dengan keikhlasan. Sehingga mereka dianggap tidak memiliki hak 'tawar' dalam mengajarkan ilmu agama. Ayat di atas juga berlaku pada presiden, politisi, polisi, tentara, wartawan, rakyat sipil, para orang tua,  bahkan setiap orang yang pernah menganjurkan kebaikan.
Tidak ada seorangpun yang dapat terbebas dari tanggung jawab ini, apapun profesi dan status sosial mereka. Dan di akhirat nanti semuanya akan dimintai pertanggungjawaban. (Ali Imran 3:25)
Dari peristiwa ini harusnya kita banyak belajar, bahwa Allah SWT selalu memiliki cara untuk menjatuhkan (menghukum) seseorang saat ia sudah tak lagi hirau terhadap berbagai peringatan yang diberikan.
Faktanya kita selalu memilih untuk takut terhadap sesuatu yang kasat mata, padahal sesuatu itu tidak akan memberikan mudhorot apapun jika Ia tidak ridho. Namun kita tidak pernah merasa takut terhadap Allah yang sebenarnya lebih dekat dari dirinya dari benda apapun yang ada di sekitarnya....
Wallahu a'lam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar