Jumat, 06 Desember 2013

MERINDUKAN PERTEMUAN DENGAN ALLAH SWT

"Cong, saya sekarang rindu untuk bertemu Allah," ujar bapak via telpon siang sehabis shalat Jum'at, 06/12/13. Ucapan itu sedemikian tenang, sejuk dan mantap. Sekalipun rasa akan kehilangan sosok tegar itu menyusup mendera hati. Air mata tak kuasa kubendung... dan saya terisak. "Mengapa menangis cong? Itu sudah sunnatullah dan kita semua akan mengalaminya... hanya masalah waktu," lanjutnya. "Entah mengapa, bapak merasa saatnya sudah dekat. Dan bapak sangat ingin bertemu Allah. Tolong kamu telpon bapak setiap hari ya... atau bapak yang telpon. Siapa tahu bapak sudah gak ada. Telponmu jangan sampai tidak aktif"
Entah sudah berapa banyak saya melihat orang meninggal. Dalam prosesnya, banyak di antara mereka berusaha menghindarinya. Hingga akhirnya mereka menyerah lantaran sudah tidak mendapat pilihan lain kecuali menghadapinya. Hanya sedikit orang yang merindukan kematian dan perjumpaan dengan Allah. Hingga ketika saat itu datang, mereka tidak berusaha menghindarinya bahkan menyambutnya dengan suka cita. Mereka memilih hidup di haribaan-Nya daripada terkungkung oleh ruang dan waktu.
Orang-orang semacam ini adalah mereka yang meyakini ke-Esa-an Allah dan selalu berusaha melakukan berbagai kebaikan demi keabadian hidup yang didambakannya. Baginya tidak ada perbuatan baik untuk dituai hari ini, tapi untuk hari esok. (Al Kahfi 110)
Usamah ibn Zaid --panglima pasukan Islam paling muda di akhir hayat Rasulullah saw-- ketika menderita sakit keras dibezuk oleh  khalifah Ustman ibn Affan. "Apa yang Anda rasakan saat ini?," tanya khalifah Utsman. "Kebahagiaan," jawab Usamah. "Maukah engkau saya bantu dengan sejumlah uang dari negara?," tanya Utsman. "Tidak ada sesuatu pun yang paling membahagiakanku saat ini, kecuali perjumpaanku dengan Allah," jawabnya tenang.
Sahabat lain yang sedang menghadapi kematian dibezuk oleh Rasulullah dan bertanya; "Bagaimana perasaanmu saat ini?." Sahabat itu menjawab; "Ya Rasulullah, saya sangat berharap Allah mengabulkan semua amal baik yang telah kulakukan. Tapi saya juga takut, kalau ternyata semua yang kulakukan dengan sebaik-baiknya tidak memiliki nilai di hadapan-Nya." Rasulullah saw bersabda; "Apabila Pengharapan dan Rasa Takut terdapat dalam diri seseorang, maka Allah akan mengabulkan apa yang ia harapkan dan menjauhkannya dari apa yang ia takutkan."
Benar... bahwa kematian hakikatnya bukan tragedi yang harus ditangisi, tapi ia adalah keniscayaan yang seharusnya membahagiakan. Karena kematian adalah keniscayaan, tinggal kita yang harus menentukan pilihan; HUSNUL KHOTIMAH / SUU-UL KHOTIMAH.
Semua tergantung kita.....